Krisis ekonomi yang melanda Tanah Air tahun 1998 mengguncangkan
perekonomian Indonesia. Tidak hanya perusahaan besar terimbas, usaha
kecil pun ikut terguncang.
Ating Supardi, pengusaha daging kala
itu, harus merelakan usahanya gulung tikar akibat krisis. Dengan lima
anak yang masih perlu dibiayai, itu menjadi semangatnya untuk terus
berupaya membuka usaha baru.
Dengan bermodal Rp 50.000 kala itu, Ating memberanikan diri membuka usaha makanan khas Bandung yaitu surabi di depan rumahnya.
"Awalnya
di rumah. Terus bapak beranikan diri jual surabi sore. Karena kan belum
ada yang jual surabi sore. Terus rata-rata yang jual surabi waktu itu
nenek-nenek, waktu itu keluarga coba buka siang," kata pengelola Surabi
Imut Dona Lubis kepada merdeka.com, Kamis (25/10).
Menantu
pemilik Surabi Imut ini bertutur, bermodal dua varian rasa surabi yaitu
surabi oncom dan surabi manis, Ating mulai membuka warung tenda sore
hari di trotoar pinggir jalan Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Geger
Kalong, Bandung.
"Karena lokasinya dekat NHI, kita beranikan
terima saran toppingnya macam-macam, jadi banyak gitu toppingnya. Memang
kita yang pertama," kata Dona. Saat ini, Surabi Imut memiliki 54 varian
rasa dengan kisaran harga Rp 3.000 hingga Rp 9.000 per surabi.
Tahun
1999 dan 2000 diakui Dona menjadi masa keemasan Surabi Imut. Kala itu,
omset rata-rata per hari bisa mencapai Rp 10 juta hingga Rp 12 juta
dengan jumlah pegawai mencapai 23 orang.
"Kita sudah tiga kali pindah lokasi, semua dekat NHI. Gak cuma surabi, kita juga jual pisang bakar, colenak," katanya.
Namun,
keluarganya harus merasakan pahitnya persaingan. "Banyak yang sama,
tapi kalau mereka yang cari rasa, insyaallah mereka akan datang ke sini.
Kita berusaha mati-matian supaya konsumen kita tuh balik lagi," ungkap
Dona.
Diakui perpindahan lokasi menjadi salah satu yang
mempengaruhi perolehan omsetnya yang menurun hingga 80 persen, terlebih
lagi lokasi yang ditempatinya dulu kini ditempati oleh sang pesaing.
Salah
satu upaya yang dilakukan Dona untuk menarik kembali konsumennya adalah
dengan mempertahankan kualitas rasa dan memperkecil ukuran surabi
buatannya sebagai identitas usahanya yang sesuai dengan nama Surabi
Imut.
"Rasa memang beda ya, bisa dirasain di surabi oncom. Kalau
keju toh sama aja. Mayonnaise lah beda. Oncom itu yang bisa ngeracik
cuma mama saja. Yang lain gak ada yang bisa," ujarnya
Dengan
harapan bisa memiliki tempat sendiri dan kembali menerapkan konsep
warung 'vintage', kini, Rumah Surabi Imoet bisa memproduksi surabi
hingga 1.500 porsi per hari. "Sekarang kita masih kontrak," tutup Dona.
- Film Porno Tidak Mempengaruhi Perilaku Seks Cowok
- Cowok Suka Download Film Porno
- Rahasia Seks Yang Disembunyikan Cewek
- Cara Orgasme
- Ciri Cowok Maniak Seks
- Keuntungan Nonton Film Romantis bagi Hubungan Asmara
- Cara Cara Mewujudkan Fantasi Seksual
- Tentang Seks
- Bercinta di Mobil
- Fantasi Seks Pria
