Membuat film bisa dilakukan oleh siapa saja. Asal mempunyai dana dan
niat, tanpa perlu lulus dari sekolah film terlebih dahulu, siapapun bisa
membuat sebuah karya visual.
Itulah yang dilakukan Carmen Marron
dalam debut pertama bertajuk GO FOR IT! Berawal dari hobi menonton,
wanita satu ini nekat membesut sebuah film dengan dana terbatas. Tak
tanggung, untuk efisiensi, Marron memegang beberapa lini sekaligus yakni
sebagai produser, editor, penulis naskah hingga sutradara. Lalu
bagaimana hasilnya?
Sebelumnya mari kita beri tepuk tangan untuk
Marron atas keberhasilannya menyelesaikan satu film ambisius. Sebagai
orang yang masih buta, tentu saja ini adalah hal yang patut diapresiasi.
Sayangnya ketidaksempurnaan tersebut tetap tak bisa ditolerir. Dengan
budget yang ada, harusnya Marron bisa melakukan sesuatu yang wah.
Sayangnya dia memilih bermain di ranah klise.(merdeka.com)
Artikel sebelumnya :
Cerita Ini Lucu Banget
Manfaat buah pepaya
Arti Mimpi Meninggal / Mati - Tafsir Mimpi Meninggal
Dari segi naskah tak
ada hal baru. Marron terlalu bersemangat memberi isi pada filmnya
hingga dia menyepelekan beberapa bangunan subplot yang ada. Hal tersebut
tentu berimbas pada perkembangan cerita yang akhirnya berjalan tak
tentu arah.
Tidak sempurnanya naskah juga berimbas pada akting
para ensemble cast. Aimee Garcia yang diplot sebagai tokoh utama bernama
Carmen (tentu saja dicomot dari nama depan Marron) membawakan perannya
dengan sangat biasa. Dan yang paling mengganggu adalah akting Gina
Rodriguez sebagai Gina. Mungkin peran nyinyirnya akan lebih pas bila
dibawakan oleh pemain Afro daripada memaksa sosok Gina untuk cerewet
dengan gaya dibuat-buat.
Pemilihan close up shots juga terlihat
cukup mengganggu karena kadang dihadirkan tanpa esensi selain ingin
menampilkan ekspresi para pemain. Medium shots yang diambil dengan
handheld pun kadang tak fokus sehingga praduga bahwa Marron bingung
dengan apa yang ingin ia sampaikan bisa dengan mudah ditebak.
Dan
akhirnya GO FOR IT! hanya akan jadi film membosankan dengan niat yang
sebenarnya mulia: ajari fokus meraih harapan. FYI, meski dari segi
trailer dan poster tampak seperti another dance flick tapi perlu digaris
bawahi bahwa ini adalah sebuah coming of age yang memakai dance sebagai
tempelan agar cerita bisa berjalan.
