Kesadaran dan kepedulian Jenderal Hoegeng Imam Santoso membenahi kinerja
polisi, selalu membuat decak kagum. Tidak hanya saat menjabat sebagai
Kapolri, sewaktu pensiun pria kelahiran Pemalang Jawa Tengah itu tetap
aktif mendedikasikan dirinya untuk polisi.
Awal 1977 Hoegeng
mendapat informasi dari seorang perwira menengah polisi berdinas sebagai
provos tentang dugaan tindakan korupsi sejumlah perwira tinggi polisi
di bagian jawatan keuangan.
"Salah seorang perwira di bagian
keuangan itu bahkan mempunyai sebuah rumah mewah di kawasan Kemang,
Jakarta Selatan. Setelah diselidiki, ternyata benar," kata Hoegeng dalam
buku 'Hoegeng, Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para
Pemimpin Bangsa,' Karya Aris Santoso bersama rekan. Terbitan PT Bentang
Pustaka.
Tak mau menunggu lama, Hoegeng segera menulis sebuah
memo pribadi kepada Kapolri saat itu, Jenderal Polisi Widodo Budidarmo,
isinya, Hoegeng mengkritik habis-habisan perilaku polisi bergaya hidup
mewah.
"Wid, sekarang ini kok polisi sudah kaya-kaya,
sampai-sampai sudah ada yang punya rumah mewah di Kemang. Dari mana
duitnya itu," tanya Hoegeng kepada Widodo dalam memo.
Karena
tidak mendapatkan respon baik dari kapolri, Hoegeng mengambil langkah
tegas untuk membongkar kasus itu. Hoegeng sengaja membocorkan dugaan
korupsi di jawatan keuangan Polri itu kepada beberapa media.
Hasilnya,
tidak lama kemudian meledaklah kasus dugaan korupsi mencapai Rp 6
miliar itu di surat kabar nasional. Ibarat bola salju yang terus
menggelinding, hingga akhirnya mendapatkan tindak lanjut dari penegak
hukum
.
Setelah diusut, sejumlah petinggi polisi terlibat korupsi
Rp 6 miliar itu. Seperti Deputi Kapolri Letjen Polisi Siswadji, dan tiga
perwira kepolisian lainnya.
"Sebagai mantan Kapolri, saya benar-benar prihatin dan malu mendengar adanya kasus manipulasi di Mabak itu," kata Hoegeng.
Hoegeng
berharap Kapolri Jenderal Widodo segera mengusut dan menindak skandal
korupsi tersebut. Jika tidak, Hoegeng mengancam akan membocorkan lebih
banyak lagi kepada publik. "Kalau tidak, saya akan nyorakin terus,"
lanjut Hoegeng.
Berawal dari sikap tegas Hoegeng itu, akhirnya
Siswandi bersama polisi lain yang terlibat divonis bersalah, lalu
dihukum penjara.
Sampai awal 1980-an Hoegeng masih banyak
menerima keluhan dan informasi tentang kinerja polisi. Itu membuktikan
jika Hoegeng masih mendapat hati di rakyat, dan mantan anak buahnya.(merdeka.com)
Artikel sebelumnya :
